“Orang
Indonesia susah diajak maju! Dasar pemalas!” Begitu gerutu seorang sahabat. Apa
masalahnya? Habis menelan batu bata ya? Tidak ada hujan tak ada angin mengomel
sendiri
“Itu, kuli
saya kerjanya tidak becus. Masa seminggu masuk cuma tiga kali. Niat kerja nggak
sih?” begitu penjelasannya saat saya tanya mengapa marah-marah begitu. Dia
memang seorang pemborong bangunan. Dan batas waktu garapannya sudah hampir
habis. Wajar jika ngamuk saat kerjaan seharusnya dikebut, ada salah satu anak
buahnya malah sering tidak masuk kerja
Saya
tersenyum saja. Ingat pernah punya tukang las yang etos kerjanya seperti itu
juga. Banyak sekali alasan untuk bolos. Padahal mereka digaji harian. Kalau
tidak masuk kerja, otomatis tidak dibayar. Siapa yang rugi?
“Iya, tapi
jangan bawa-bawa nama Indonesia dong. Kalau ente bilang orang Indonesia sulit
diajak maju, artinya situ termasuk juga kan?” kata saya sok bijak. Diapun
akhirnya tertawa. Kami lalu duduk di warung kopi. Ngobrol, berdiskusi membahas
soal etos kerja orang Indonesia. Nyeruput kopi, sambil bermalas-malasan...
Etos kerja
orang Indonesia buruk?
Maaf,
jangan marah dulu. Sayapun tidak sependapat kalau ada yang mengatakan rata-rata
etos kerja orang Indonesia jelek. Saya yakin, di negara manapun di dunia ini,
pasti ada yang baik dan yang buruk. Jadi tidak bisa disamaratakan begitu saja.
Itu namanya pelecehan
Buktinya,
para majikan di Taiwan, Singapura, Hongkong, Malaysia, Brunei dll lebih suka
mempekerjakan TKI / TKW asal Indonesia dibanding dari Filipina yang juga
terkenal sebagai negara eksportir tenaga kerja non formal. Itu karena orang
Indonesia rata-rata rajin dalam bekerja, ramah, sopan dan penurut tidak banyak
menuntut. Wong Jawa bilang nrimo ing
pandum
Terlepas
ada beberapa yang malas dalam bekerja tapi menuntut gaji tinggi, itu hanyalah
oknum saja. Sifatnya perorangan dan tidak mencerminkan etos kerja dari masyarakat
kita secara keseluruhan
Pemalas
ternyata ada sisi positifnya
Jujur saja,
saya sendiri termasuk dari oknum pemalas tersebut. Dulu, waktu masih muda beberapa
kali bekerja di perusahaan. Tapi tidak pernah bisa bertahan lama. Belum pernah
saya kerja di satu tempat lebih dari setahun. Penyebabnya ya karena saya memang
pemalas. Malas diperintah atasan!
Serius! Saya
tipe orang yang ingin bebas, tidak terikat. Bebas tidur, bebas makan, bebas apa
saja yang penting tidak merugikan orang lain. Mungkin karena cita-citanya dulu
ingin jadi seniman kali ya. Seniman yang gagal hehehe
Karena
itulah saya memutuskan untuk wirausaha sendiri. Jadi bisa bebas tidak ada yang
ngatur-ngatur, tapi bisa mengatur orang lain. Dan yang paling penting, bisa
menggondrongkan rambut. Beneran, itu salah satu motivasi saya membuka usaha
sendiri. Kalau kerja di kantor perusahaan orang lain, mana boleh punya rambut
gondrong?
Jadi,
itulah sisi positif dari orang pemalas versi saya. Mungkin penghasilan saya
dari berbisnis tidak sebesar gaji menteri. Tapi dari sisi kebebasan
bermalas-malasan, saya lebih unggul!
Anda wajib
tidak setuju dengan pendapat saya. Karena seperti saya tulis dalam artikel-artikel
sebelumnya, salah satu kunci sukses berbisnis adalah bekerja keras. Lha
sekarang kok ngomongnya malah sebaliknya? Habis nelan batu bata ya?
Orang
dengan etos kerja buruk bisa sukses?
Saya bilang
bisa! Itu kalau merujuk pada arti kesuksesan dalam lingkup personal. Maksudnya,
standar kesuksesan tiap orang kan beda. Kalau dengan pendapatan yang cukup buat
makan sehari-hari saja sudah membuat kita merasa sukses berarti kita telah
sukses dong...
Tapi kalau
barometernya dalam hitungan digit angka, ya belum tentu juga. Memangnya para
milliuner itu semuanya punya etos kerja baik? Belum tentu kan? Bisa jadi
sebagian sama malasnya seperti saya. Malas disetir orang lain. Malas gajinya
segitu-segitu doang. Malas hidup miskin dan 1001 kemalasan lain
Karena
orang malas biasanya punya pemikiran kreatif. Terus berusaha mencari jalan bagaimana
caranya bisa mempunyai banyak income tapi tetap bisa hidup santai. Itu kata
saya. Dan lagi-lagi Anda memang wajib untuk tidak setuju. Karena jika ditiru
mentah-mentah tanpa ditelaah lebih mendalam, resiko bokek tanggung sendiri loh
ya...
Jika Anda
tipe pemalas, jangan kerja!
Yap! Jangan
kerja pada perusahaan orang lain jika Anda merasa jadi orang pemalas atau punya
etos kerja buruk. Ujung-ujungnya boss Anda akan mengeluarkan kata-kata kasar: “orang
Indonesia tidak bisa diajak maju!” Karena saat bekerja sebagai buruh /
karyawan, inilah yang akan dibayar oleh atasan dari diri Anda:
- Loyalitas
- Totalitas
- Kolektifitas
- Efektifitas
Dan semua
itu merupakan satu kesatuan yang disebut etos kerja. Tanpa faktor-faktor
tersebut, wajar jika juragan marah. Buat apa mempekerjakan karyawan yang tidak
memiliki kontribusi apa-apa yang menguntungkan bagi perusahaan? Jika Anda
berada pada posisi si boss, paling reaksinya juga tidak jauh beda.
Sebab
organisasi usaha itu memang tempatnya pengusaha ingin mengeruk keuntungan
sebesar-besarnya. Bukan lembaga sosial! Mikir...
Apa profesi
yang cocok bagi si pemalas?
Cobalah
beberapa profesi berikut ini:
- Jadi
seniman – misal: pelukis, pelawak, penyanyi, pemusik
- Jadi
pengusaha – misal: warung, bengkel, salon, rental, makelar, bisnis online
- Jadi atlet –
contoh: petinju, pemain bola
Jadi apa
saja yang penting bukan jadi karyawan! Jangan sampai sifat kebiasaan yang
katanya buruk itu merugikan orang lain.
“Kalau bisa menemukan cara sukses dengan
bermalas-malasan, mengapa harus rajin? Jadilah pemalas yang cerdas! - Lebih
bagus lagi jika cerdas, rajin, baik hati, taat beribadah dan 1001 kebaikan
lainnya”
Demikian coretan tiada arti
dari saya. Semoga tidak ada pihak manapun yang tersungging. Kesimpulannya:
Tidak benar bahwa orang Indonesia itu semuanya pemalas, etos kerjanya payah dan
susah diajak maju! Kalaupun ada, itu adalah saya!