Apa Resiko - Kerugian Investasi Property Rumah?
Apa resiko kerugian investasi dibidang properti? –
Menanamkan modal uang dengan membeli property bangunan rumah, ruko, apartemen
dan tanah bagi sebagian orang dinilai lebih menguntungkan. Tapi bagi sebagian
lainnya justru sebaliknya, merugikan. Sah saja ada beda pendapat, karena pada
prinsipnya semua jenis bisnis dan investasi itu masing-masing memiliki nilai
plus minus atau kelebihan dan kekurangan
Giliran kelemahan kerugian menginvestasikan uang dalam
bentuk property bangunan rumah tanah yang akan kita kupas kali ini. Untuk
keuntungan dari investasi properti, sudah lebih dulu bisnisjasa.id sampaikan
pada pembaca. Silahkan cek link tersebut untuk mendapatkan ulasan yang
berimbang
Jika Anda adalah investor pemula, sebaiknya pertimbangankan ini sebelum memutuskan
menanamkan uangnya di sektor jual beli – sewa rumah. Berikut kelemahan,
kekurangan atau kerugian dari investasi properti dibanding investasi saham, valas
(forex), emas dan perdagangan menjual produk barang dan jasa:
1.
Lama untuk menikmati hasilnya
Semua pebisnis tentu sadar bahwa meskipun katanya memiliki
resiko relatif lebih kecil, investasi properti merupakan jenis investasi jangka
panjang. Beda dengan investasi emas, reksadana forex / saham, perlu bertahun-tahun untuk menikmati hasil return dari selisih harga
waktu membeli dengan waktu menjual bangunan atau tanah. Agar return yang diraih tinggi, paling tidak
rumah bisa dijual dalam kurun 4-5 tahun
Bagi seorang pengusaha, akan lebih menguntungkan jika
dana tersebut dikembangkan untuk membuka usaha dagang menjual produk barang
atau jasa. Contohnya jadi distributor produk tertentu, buka toko, mendirikan
pabrik, buka bisnis jasa rental, bengkel, salon mobil dan lain-lain. Dengan jumlah
modal awal sama, berwirausaha akan menghasilkan profit puluhan kali lipat lebih
banyak karena perputaran uangnya lebih cepat
2.
Biaya perawatan fisik bangunan besar
Untuk tanah kosong, mungkin tidak perlu biaya
perawatan. Tapi untuk investasi berupa bangunan fisik, bisa rumah, ruko, gedung
apartemen, banyak orang mengeluh hasil dari sewa tidak sebanding dengan biaya
yang harus dikeluarkan buat renovasi. Apalagi jika rumah yang kita beli
ternyata menggunakan bahan material yang tidak memenuhi standart. Misalnya
campuran semen sedikit, besi cornya kecil, kusen pintu jendela terbuat dari
kayu empuk, rangka atapnya kurang kuat dan kesalahan teknis saat membangun yang
membuat bangunan cepat rusak
Hal ini karena tiap tahun bangunan mengalami penurunan
kualitas. Faktor cuaca menyebabkan dinding perlu pengecatan ulang, genteng
perlu dibenahi. Apalagi jika si penyewa tidak menjaga kondisi rumah. Misalnya
membiarkan saja genteng yang bocor, meletakkan barang perabotan yang membuat
dinding serta keramik lantai rusak serta kecerobohan lain. Mungkin saja uang
sewanya tidak cukup mengcover biaya perbaikan tersebut saat masa kontrak
selesai
3.
Proses transaksi lama dan biayanya besar
Jual beli rumah tidak sesederhana seperti orang beli gorengan.
Butuh proses panjang mulai dari pemilihan lokasi, tawar menawar dengan pemilik,
mengurus surat akta jual beli di depan notaris, balik nama sertifikat. Semua
itu bisa memakan waktu berbulan-bulan baru clear.
Belum lagi harus mengeluarkan uang untuk ongkos
notaris, membayar pajak, memberi fee broker, biaya biro jasa pengurusan
surat-surat dll yang jumlahnya tidak sedikit. Mungkin saja untuk membeli rumah
seharga 500 juta, kalau dihitung-hitung habisnya bisa jadi 550juta atau lebih
4.
Untuk menjual kembali rumah tidak mudah
Kerumitan birokrasi yang kita rasakan saat membeli, bisa
jadi akan lebih terasa saat kelak kita ingin menjualnya. Jika mencari rumah
untuk dibeli saja mulai terasa sulitnya, apalagi kalau menjual? Sering kan dengar
ada orang ingin jual rumah tapi bertahun-tahun tak laku-laku?
Apalagi jika saat membeli rumah tersebut kita kurang
hati-hati sehingga mendapatkan rumah yang jadi pantangan bagi sebagian besar
masyarakat sekitar. Contohnya:
- Mitos rumah kita berhantu karena berdiri di atas bekas makam atau tempat angker
- Lokasinya tusuk sate
- Rumah tersebut dipercayai akan membawa sial penghuninya
Serta hal-hal berbau mistis yang sebenarnya terdengar
tidak masuk akal namun terbukti bikin susah saat kita hendak menjualnya. Inilah uniknya bisnis properti di Indonesia. Sebagian masih percaya pada tahayul. Bagaimanapun, biasanya calon pembeli akan bertanya pada warga sekitar tentang
rumah incarannya. Dan informasi tidak mengenakkan akan membuat calon buyer
mundur atau ambil kesempatan menawar dengan harga sangat rendah. Inilah uniknya bisnis properti di Indonesia. Sebagian masih percaya pada tahayul
5.
Resiko tersandung masalah sengketa tanah
Inilah resiko yang paling tidak diinginkan. Masalah
sertifikat ganda, sengketa dengan ahli waris dari pemilik lama selain membuat
kita kesulitan menjual kembali juga menguras waktu, fisik dan psikis. Apalagi
jika kasusnya telah dilimpahkan ke pengadilan. Keruwetan prosesnya bikin kita
stress. Resiko kehilangan seluruh asset yang kita investasikan sangat besar
Jadi siapa bilang bisnis investasi properti itu
resikonya kecil? Makanya sebelum memutuskan beli rumah tanah, pastikan semua
legalitas surat-suratnya aman. Lebih penting, jaga hubungan baik dengan bekas
pemilik rumah serta masyarakat sekitar. Jika kita punya tanah yang lokasinya
jauh dipelosok, lebih pasrahkan pada orang kepercayaan yang punya pengaruh di
sana.
Anda tidak ingin kan ketika menengok tanah tersebut
ternyata sudah ditempati orang lain. Dan ketika Anda menegornya, mereka ngotot
bahwa tanah tersebut milik nenek moyang mereka dan mengancam dengan kekerasan
jika Anda berniat mengambil tanah yang secara hukum telah menjadi milik Anda
sendiri?
Itu tadi hanyalah gambaran dari kemungkinan resiko yang
harus dipertimbangkan sebelum menginvestasikan uang Anda dibidang properti.
Bukan bermaksud menakut-nakuti. Hanya mengingatkan agar lebih waspada agar
terhindar dari berbagai masalah di kemudian hari. Kita tidak pernah tahu apa
yang akan terjadi. Tapi dengan berbagai langkah antisipasi, setidaknya
mengurangi resiko merugi. Sebab tujuan investasi itu untuk mendapatkan keuntungan,
bukan kerugian. Jika merasa mampu mengatasi kekurangan yang ada, silahkan lanjutkan planning investasi finansial jangka panjang Anda