Modus penggelapan rental mobil - Bisnis jasa rental penyewaan mobil memang menjanjikan untung
menggiurkan. Namun resiko usaha persewaan mobil besar. Banyak kasus kejahatan merugikan penyedia jasa transportasi ini. Contohnya saya punya pengalaman
tak menyenangkan jadi korban modus penipuan mobil rental. Kisah nyata yang benar-benar saya alami sendiri.
Kejadiannya sekitar
5 tahun lalu di Malang Jawa Timur. Sudah lama sih. Tapi jika ingat, masih ada perasaan
dongkol, miris campur aduk. Bagaimana tidak? Pelaku kejahatan penipuan dan penggelapan mobil tersebut adalah teman akrab
sendiri!
Modus kejahatannya sederhana tapi bodoh. Pinjam nama
saya sebagai penjamin buat nyewa mobil di jasa rental kemudian digelapkan. Digadaikan
senilai 20 juta. Amatiran banget. Saya lebih goblog lagi. Kok segitu gampangnya
percaya sama orang
Tak habis pikir. Bagaimana mungkin kawan dekat yang
biasa saya sapa dengan sebutan dulur karena sudah saya anggap saudara sendiri
tega melakukan perbuatan tak terpuji macam itu?
Baiklah, saya akan cerita kronologis kejadiannya
Saya punya teman, sebut saja namanya Si A. Saya kenal baik karena pernah bekerja dengan posisi yang sama sebagai supervisor sales agent di perusahaan finance nasional cabang Malang.
Kami jarang ketemu sejak saya keluar dan memutuskan membuka usaha bengkel las. Terakhir ketemu dia cerita kalau kerja di Kediri, mengelola koperasi simpan pinjam milik temannya. Waktu itu, menjelang bulan puasa tahun 2012. Saya
ingat betul karena saat itu istri saya sedang hamil tua dan sekarang anak saya
sudah berumur 5 tahun.
Sore itu si A datang ke rumah. Setelah ngobrol ngalor ngidul, dia
cerita lagi nyari mobil sewaan buat menghadiri acara hajatan di Tawangmangu,
kampung halamannya. Katanya sih gak lama. Paling 2 – 3 hari dibalikin.
Dia bilang sudah mencoba datang ke tempat persewaan
mobil di Jl Kendalsari yang letaknya tak jauh dari rumah saya. Tapi oleh
pemilik rental mobil ditolak karena KTPnya luar kota (Dampit). Boleh nyewa
dengan syarat harus ada penjamin yang ber-KTP dalam kota Malang. Selain itu
juga harus meninggalkan sepeda motor atas nama si penjamin
Dengan alasan itulah dia minta tolong pinjam KTP
saya. Tanpa curiga sedikitpun saya mengiyakan saja. Saya pikir, apa salahnya
membantu teman yang butuh bantuan? Namanya manusia kan wajib saling menolong.
Istri saya sudah mengingatkan. “Jangan gampang
percaya pada orang lain,” katanya saat saya masuk untuk mengambil KTP. “Tuh
barusan ada berita di TV penipuan dan penggelapan mobil rental dengan modus
mencatut nama pejabat.”
“Tenang saja, dia kan bukan orang lain. Tak mungkinlah
melakukan itu. Kalaupun dia berani membawa kabur mobil sewaan, kita kan tahu
rumahnya,” jawab saya enteng.
Sempat terjadi pertengkaran kecil waktu itu. Tapi
istri tak bisa berbuat banyak saat saya ngotot tetap membantu teman tersebut.
Dan ternyata feeling istri saya tepat. Ya... mungkin
itu yang disebut naluri seorang wanita. Dia sedari awal sudah merasakan ada
gelagat tidak baik dari maksud tujuan teman saya tersebut.
Begitulah, akhirnya KTP dan sepeda motor saya dibawa
buat jaminan nyewa mobil. Sedang motor si A ditinggal di rumah.
Dua hari berlalu, saya telpon si pelaku menanyakan
kapan mobilnya di kembalikan. Dia bilang besok. Sekarang masih dipakai,
katanya.
Keesokan harinya saya tunngu sampai malam tak ada
kabar. Saya hubungi nomor telponnya tidak aktif. Dari situ perasaan mulai jadi tak
enak. Istri juga makin cemberut.
Akhirnya saya datang ke tempat rental mobilnya. Kata
si pengelola, tadi siang mobilnya sudah dikembalikan tapi si pelaku nyewa lagi
dengan mobil yang lebih bagus.
Lhoh?! Kok tak bilang sama saya sebagai penjamin?
“Bukannya tadi sudah ngomong sama bapak di
telpon? Orang tadi nelponnya di depan saya kok...” jawab si pengelola rental.
“Suaranya di loudspeaker?” tanya saya lagi
“Enggak sih. Tapi saya dengar dia ngomongnya gini:
Boss, sewanya diperpanjang ya? Tukar sama Avanza. Soalnya Panther yang kemarin
kurang nyaman dikendarai.”
Deg! Kecurigaan saya tambah kuat sebab si A tidak nelpon dan berbicara dengan saja dari kemarin. Tapi karena tak mau
ribut, sayapun pulang. Hanya titip pesan sama pengelola rental, nanti kalau
mobilnya dikembalikan jangan diperbolehkan diperpanjang lagi. Atau kalau
rentalnya mau nyewakan ke dia lagi, saya tak mau jadi penanggung jawab.
Meski hati cemas, saya bilang ke istri tak ada
masalah. Biar hatinya tenang. Kasian lagi hamil tua kalau tahu yang sebenarnya.
Soal motor milik si A yang masih ditinggal di rumah, saya terpaksa bohong dia tak sempat menukarnya.
Tapi saya tetap tak bisa tenang. Diam-diam saya
pergi ke Dampit, hendak ke rumah mertua si A di mana dia tinggal. Namun sebelum
ke rumahnya, di pasar Dampit saya ketemu kenalan (saya lupa namanya) yang juga teman
si A.
Dari situlah saya tahu kalau si A sudah tak tinggal
di kampung rumah mertuanya. Sekarang katanya ada di Kediri, tempat dia kerja sebagai kepala cabang
koperasi simpan pinjam.
Saya urung melanjutkan perjalanan ke rumah si A yang
jaraknya masih 5 km dari kota kecamatan Dampit. Apalagi setelah diberitahu kenalan
yang dulu pernah sama-sama jadi sales agent di perusahaan finance tersebut
bahwa kondisi mertuanya lagi sakit keras.
Seminggu kemudian saya datang kembali ke rental
mobil tersebut. Dan kabar yang saya terima persis seperti kekhawatiran istri
saya. Mobil itu telah digadaikan di Kediri dan si A sekarang di tahan di Polres
Kediri. Pemilik rental menunjukkan bukti surat laporan dari kantor polisi. Beliau
juga minta kesediaan saya jika sewaktu-waktu dipanggil kepolisian untuk
dimintai keterangan.
Aseeem!! Saya benar-benar panik. Bukan takut jadi
tersangka. Karena selain pelakunya sudah tertangkap, saya juga sama sekali tak
merasa terlibat dalam kasus penggelapan tersebut. Yang saya takutkan adalah
kondisi istri saya, terutama janin dalam kandungannya kalau tahu saya berurusan
dengan polisi.
Akhirnya saya mohon pada pemilik rental mobil untuk
menyelesaikan kasus tersebut tanpa menyeret nama saya. Atur gimana baiknya,
yang penting saya jangan diikut-ikutkan. Saya bersedia membantu biaya
kerugiannya.
Awalnya pemilik rental minta 3 juta. Lalu saya
bilang, kalau kerugiannya 3 juta, bagaimana kalau ditanggung bersama? Intinya
saya nawar 1,5 juta dan deal. KTP saya tarik balik, sepeda motor punya saya
bawa pulang ditukar sama motor milik si A.
Akhirnya begitulah. Niat saya membantu teman
berujung merepotkan. Ucapan terima kasih saja kagak, justru saya terpaksa
mondar-mandir dan keluar uang 1,5 juta. Mungkin itu resiko terlalu percaya sama
orang lain. Ikut menanggung akibat dari kejahatan yang tak pernah kita lakukan.
Kamfret....!!!
Dua tahun setelah kejadian itu, saya baru berani jujur
menceritakan kasus tersebut pada istri. Saya juga tak tahu dan tak mau tau nasib si A. Entah akhirnya dia dibebaskan atau dipenjara saya sudah tak peduli lagi.
Hanya satu yang pasti. Sekali saja dia berani menunjukkan batang hidung kembali
di depan saya, pingin rasanya menyobek nyobek mukanya
Pengalaman tersebut ternyata juga dialami oleh rekan saya. Beliau cerita pernah jadi korban penipuan dengan modus yang hampir sama persis. Pelakunya juga rekan dekatnya sendiri yang kebetulan juga saya kenal karena pernah kerja di kantor yang sama
Update: Saya telah menghapus nama lengkap si pelaku yang sebelumnya saya sebutkan dalam kisah nyata ini dan menggantinya dengan inisial si A karena pertimbangan kemanusiaan. Saya juga telah memaafkannya walaupun dia tidak pernah sekalipun mencoba menghubungi untuk minta maaf.
Saya menceritakan
pengalaman ini tujuannya agar jadi pelajaran berharga bagi semua. Terutama bagi
pemilik / pengelola jasa rental mobil agar hati-hati. Jangan sampai jadi korban
penggelapan mobil dengan modus pinjam identitas. Karena resikonya besar, harus selektif dalam
menyewakan mobil pada konsumen. Pilih pelanggan dengan identitas jelas. Juga
pada semua pembaca supaya jangan mudah percaya. Tentunya masih banyak modus
penipuan, penggelapan, pencurian mobil rentalan yang lain. Kasus yang saya alami
tadi hanya salah satu contoh betapa kejahatan tak kenal teman dan saudara. Jadi
seperti kata Bang Napi: Waspadalah!! Jangan sampai Anda jadi korban berikutnya. Lanjut ke: Cara menghitung harga sewa