Toko Kecil Bersaing Dengan Ritel Modern: Caranya Bagaimana?
indomaret-alfamaret vs pedagang kecil. |
Logikanya memang sangat berat. Mengulas ritel modern vs warung kelontong kecil mirip dengan reseller jualan di marketplace, ampun deh! Ada banyak keunggulan minimarket waralaba dibanding toko-toko kecil di sekitarnya. Antara lain:
- Lokasi strategis di tepi jalan raya, tempatnya lebih luas, bersih, nyaman bagi pembeli dan tempat parkirnya luas
- Harganya relatif lebih murah untuk beberapa item, apalagi pas ada promo
- Barangnya lebih lengkap karena modalnya lebih besar
- Pelayannya sedap dipandang dan ramah, “selamat pagi... sekalian beli susunya pak, mumpung ada diskon beli 2 gratis 1”
Ya, saya juga kadang bangun tidur langsung ke minimarket biar ada yang mengucapkan, “selamat pagi” Hehehe..., guyon om! 😊
Balik ke pokok permasalahan. Adakah cara bersaing dengan minimarket modern? Ada! Meskipun terlalu berat buat mengalahkan, setidaknya ada celah yang bisa dimaksimalkan oleh para pedagang kecil yang menjual kebutuhan sehari-hari agar tetap bertahan. Bagaimana caranya?
1. Jual barang yang tidak ada di minimarket
Sedikit kurangi menjual merek populer yang laris dibeli (pastinya dijual juga di minimarket) dan perbanyak jual merek lain untuk barang sejenis. Jadi misalnya pas stok sabun mandi, sabun cuci, odol, shampoo, gula, kopi, teh, snack / jajanan anak yang dicari pembeli habis bisa tawarkan merek lain yang kualitasnya tak kalah dengan merk terkenal tapi harganya lebih murahLambat laun jika pelanggan cocok dengan “produk pengganti” tersebut lambat laun akan terbiasa dengan barang yang tak dijual di toko retail modern
Cara ini memang agak riskan sih. Tapi kalau tidak dicoba, mana kita tahu hasilnya?
2. Kulakan langsung dari produsen atau supplier tangan pertama
Anda bisa cari info database produsen / pemasok di daerah anda lewat google / internet. Dengan kulakan lansung dari produsen atau distributor utama, tentu harganya lebih murah sehingga kita bisa jual kembali dengan harga miring pada konsumen dan tetap dapat untungKalau harga dari indomaret sama atau selisihnya tak terlalu jauh tentu orang memilih belanja di tempat yang lebih dekat
Namun cara ini tentu saja butuh modal besar karena harus beli dalam jumlah banyak. Untuk barang produk pabrikan besar yang tidak menjual langsung pada konsumen karena terikat kontrak kerja dengan perusahaan distributor macam unilever mungkin cara ini tidak bisa diterapkan. Tak masalah, banyak kok produsen barng kebutuhan rumah tangga lokal berkualitas yang mungkin belum anda ketahui
3. Nyambi jualan kue basah
Kue basah tidak / belum dijual di minimarket. Ini bisa anda manfaatkan untuk menambal menurunnya omzet penjualan akibat menjamurnya gerai retail modern di sekitar tempat usaha anda. Dan jenis jajanan ini disukai banyak orang buat sarapan kecil pagi hari. Apalagi kalau lokasinya dekat sekolah, perumahan atau perkantoran. Pasti laris tuhTapi kan butuh waktu buat bikin kue om, mana sempat? Pakai sistem titip dong bu. Sedikan sedikit tempat di bagian depan toko kelontong, bilang sama tetangga atau kerabat yang minat jualan kue basah titipkan saja di tempat ibu. Ntar untungnya dibagi
Atau awalnya bikin kue sendiri dulu. Lama-lama kalau sudah banyak yang nitip dan laris manis tidak usah repot-repot bikin sendiri. Bisa juga cari jenis produk lain dengan sistem titip guna mengatasi masalah kekurangan modal. Gimana, mantap kan idenya?
4. Fokus jual grosiran 1 jenis barang
Buka toko kelontong yang jual berbagai macam barang keperluan sehari-hari memang modalnya besar. Saingannya selain dari alfamart – indomaret juga dari sesama pedagang kecil yang berjubel seantero kampungKenapa tidak fokus membuka grosir 1 jenis produk untuk memasok warung pracangan yang ada di sekitar daerah anda? Misalnya agen grosir khusus jual telor, agen minyak goreng, agen elpiji, grosir beras dan lainnya
Cobalah cari produsen salah satu produk yang sekiranya paling banyak dibutuhkan di wilayah sekitar anda. Temui pimpinan / direktur perusahaan tersebut buat menjajaki kerjasama keagenan atau distributor. Syukur jika mereka kasih kelonggaran dalam hal pembayaran mundur
Jadi agen distributor prospeknya lebih menjanjikan daripada terus berkutat mengelola toko kelontong. Coba saja, siapa tahu berhasil
Tapi hati-hati kalau ada info peluang jadi distributor di internet yang menjanjikan keuntungan super gede. Datangi langsung lokasinya dan pastikan itu perusahaan benar bukan scam. Jangan sampai tertipu sudah tranfer sekian puluh juta ternyata tak ada kabar kelanjutannya
5. Pindah usaha di desa
Mungkin ini pilihan paling berat. Karena sebagian besar orang buka toko pracangan di rumah buat kesibukan mengisi waktu luang. Konsumennya juga tetangga kiri kanan saja. Kalau harus pindah ke kampung, panjang urusannyaBagi yang serius wirausaha dagang, ini alternatif yang masuk akal. Alasannya di pelosok belum ada indomaret atau alfamaret. Tingkat persaingan belum terlalu tinggi
Tapi sebelum ambil keputusan sebaiknya survey dulu kampung yang akan dituju. Tingkat ekonomi / konsumsi masyarakat di sana bagaimana? Kepadatan penduduknya bagaimana? Barang apa saja yang sekiranya dibutuhkan orang sana apa saja? Serta hal teksnis lain musti diperhitungkan masak-masak
Penutup
Maaf, sepertinya opsi terakhir ini bukan solusi persaingan usaha dengan minimarket tapi tips lari dari medan persaingan deh om.Ehem! Iya benar. Kalau memang merasa tak mampu bertahan, kenapa harus memaksa? Kalau punya modal, kenapa tidak sekalian daftar jadi “terwaralaba” saja? Gampang toh
Realitanya demikian. Indonesia merupakan 10 besar dalam Global Retail Development Index (GRDI). Data jumlah gerai 3 “raksasa” toko ritell Indonesia juni 2018 tampak dalam gambar data statistik di bawah. Sumber: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/10/05/gerai-alfamart-dan-indomaret-masih-ekspansi
data jumlah gerai franchise ritel modern besar Indonesia |
Indomaret diurutan teratas dengan 15,5 ribu gerai. Disusul Alfamaret: 13,5 ribu, Alfamidi: 1,5 ribu. Belum minimarket lain yang terus bertambah setiap saat. Tak heran pedagang eceran kecil kian terjepit, ditambah pesatnya pertumbuhan online shop / e-commerce, lengkap sudah derita ini. Persis bagai pepatah “gajah bertarung dengan dinosaurus, pelanduk mati terinjak-injak”
Kalau boleh ikutan nyinyir, saya cukup bilang, “harusnya pemerintah mengeluarkan kebijakan ekonomi pro rakyat. Kehadiran retail modern harusnya dibatasi untuk melindungi kepentingan pedagang kecil. So, semua ini salah pemerintah, titik!!”
Jika anda berprinsip seperti nyinyiran di atas, tak perlu repaot mencari cara bertahan dari serbuan ritel modern. Salahkan pemerintah, selesai sudah! Meskipun sebenarnya pemerintah telah mengeluarkan undang-undang yang mengatur perdagangan yaitu:
- Peraturan presiden nomor 112 tahun 2007 tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern
- Peraturan menteri perdagangan nomor 68/m-dag/per/10/2012 tentang waralaba untuk jenis usaha toko modern
- Peraturan menteri perdagangan nomor 70/m-dag/per/12/2013 tentang pedoman penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern, dan perubahannya dalam permendag no. 56/m-dag/per/9/2014
- Undang-undang no. 7 tahun 2014 tentang perdagangan
- Peraturan presiden nomor 39 tahun 2014 tentang daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang usaha penanaman
Sebelum artikel ini berakhir, mohon maafkan jika apa yang saya utarakan di atas tadi tidak berkenan. Bukan bermaksud mencemarkan nama baik indomaret, alfamart, alfamidi maupun pihak lain. Saya hanya ikut urun rembug (sebatas kemampuan pemikiran saya yang hanya seupil) atas nasib pedagang kecil kita. Siapa tahu ada manfaatnya
Kalau boleh memohon pada para penggede negeri ini, tolonglah pikirkan bagaimana nasib pedagang kecil. Kalau orang kecil berusaha maksimal dan didukung oleh orang besar, tentu hasilnya sama-sama menguntungkan. Wassalam...