Berbisnis dengan Prinsip Kerja 3H
Bisnis Jasa - Istilah prinsip kerja 3H mungkin agak
asing di telinga kita. Saya juga baru tahu setelah membaca buku berjudul 99
Great Ways: Menjadi Pengusaha Muslim Sukses, karangan Noor Shodiq Askandar, penerbit
Erlangga. Saya
tertarik mempostingnya setelah baca berita kasus beras premium oplosan MakNyuss di Bekasi. Sebuah
contoh praktek bisnis nakal yang menyalahi prinsip etika dalam berbisnis, tidak pantas untuk ditiru
Apa yang dimaksud dengan istilah prinsip kerja 3H? HHH merupakan
singkatan dari kata Head, Hand dan Heart. 3 kata dari bahasa Inggris yang
kalau diterjemahkan secara harfiah dalam bahasa Indonesia memiliki arti kepala,
tangan dan hati. Ini hampir mirip dengan prinsip kerja prestatif.
Berbisnis dengan prinsip 3H bisa diartikan menjalankan
usaha dengan menggunakan sinergi dari kepala (otak, pikiran, logika); tangan (keterampilan,
skill) dan hati (perasaan, cinta, ketulusan, keikhlasan, kejujuran, keimanan).
Itulah kunci sukses bagi pengusaha dalam mengelola bisnisnya.
Selain bagus diterapkan oleh para pelaku wirausaha, prinsip
3H juga sangat bermanfaatkan jika dijalankan para karyawan dalam bekerja. Baik
juga bagi pelajar dan mahasiswa dalam menuntut ilmu. Terlebih bagi para pejabat,
pemimpin dan aparat pemerintah. Tujuannya agar menjadi sosok yang prestatif. Pintar,
terampil dan beretika dalam menjalankan profesinya.
Inilah karakteristik 3H yang harus dimiliki oleh
seorang pengusaha dalam menjalankan bisnis.
Prinsip 1: Head
Seorang pengusaha, pimpinan perusahaan harus
menggunakan otak kiri dan kanan secara berimbang.
Otak kiri identik dengan pola pikir yang statis, teratur,
tidak banyak berubah. Seperti rutinitas dari pagi hingga malam: bangun, mandi,
sarapan, pergi ke kantor, pulang, istirahat berkumpul bersama keluarga lalu
tidur lagi. Begitu setiap harinya, seperti lagunya Mbah Surip. Bangun tidur,
tidur lagi...
Sedang otak kanan lebih mengarah pola pikir dinamis yang
memicu keberanian bertindak cepat dalam mengambil resiko berdasarkan naluri
bisnis. Dan hal ini memang menjadi bagian tak terelakkan dalam jiwa
entrepreneurship. Perubahan cepat dalam dunia bisnis menuntut pengusaha berani mengambil
keputusan strategis
Pebisnis yang terlalu larut dalam keteraturan akan
terjebak dalam zona nyaman. Kurang peka terhadap perkembangan yang terjadi
sehingga usahanya akan stagnant dan sulit berkembang. Sebaliknya, terlalu
agresif menghadapi persaingan juga beresiko tinggi, bisa menyebabkan kerugian
usaha
Nah, itulah sebabnya perlu menjaga keseimbangan antara
keteraturan hidup (otak kiri) dengan kemampuan mengambil resiko (otak kanan).
Pengusaha yang bijak tahu kapan saatnya menyerang atau bertahan
Prinsip 2: Hand
Prinsip 3H yang kedua adalah Hand (tangan). Hand diartikan
sebagai kemampuan, ketetampilan, skill dan sarana prasarana yang dimiliki oleh
seorang pengusaha. Penggunaan skill dan sarana yang memadai, sangat diperlukan
dalam memutar roda bisnis. Kebijakan yang diambil oleh otak tidak akan bisa
berjalan tanpa didukung sarana dan sumber daya manusia yang memenuhi syarat
Ide brillian tak akan terwujud dalam bentuk produk
barang atau jasa yang berkualitas jika tidak memiliki modal, peralatan, teknologi
serta sumber daya manusia (karyawan) yang memenuhi standart. Barang atau jasa
yang bagus tidak akan sampai ke konsumen tanpa sarana transportasi – komunikasi
serta kemampuan marketing untuk memasarkan produk tersebut.
Pendek kata, sarana dan skill manajerial dalam
mengoptimalkan kelebihan menjadi nilai ekonomis adalah hal tidak terpisahkan
dalam menjalankan bisnis. Salah satu saja faktor tersebut hilang, usaha akan
berjalan pincang
Prinsip 3: Heart
Berbisnis dengan hati. Artinya, pengusaha harus
memiliki jiwa kejujuran, ketekunan dan tulus ikhlas dalam menjalankan bisnis.
Sekali saja kita tidak jujur dalam berbisnis, akan sulit untuk mendapatkan kepercayaan.
Dan ini jadi masalah besar karena tanpa kepercayaan dari konsumen, produk barang
atau jasa yang kita tawarkan akan sulit diserap pasar.
Contohnya produk yang mengklaim telah mendapat
sertifikat halal, tapi kemudian terbukti mengandung lemak babi yang diharamkan
dalam ajaran Islam, akan sulit untuk kembali dipercaya oleh masyarakat. Bayangkan
berapa miyar kerugian yang harus diderita perusahaan jika terjadi hal seperti
ini?
Contoh lain yang baru saja terjadi adalah terkuaknya
kasus beras oplosan merek cap Jago dan beras MakNyuss. Dalam berita yang kami
lansir dari Kompas, modusnya adalah mengoplos beras medium biasa, mengemas dalam
kemasan premium dan menjualnya dengan harga berlipat ganda. Akhirnya gudang
beras di Bekasi tersebut digerebek polisi pada tanggal 20 Juli 2017. Berita
lengkapnya silahkan klik DISINI
Itu hanya segelintir contoh usaha yang prinsipnya hanya
berorientasi pada keuntungan (profit oriented) semata. Dan itu merupakan hal buruk yang sebaiknya dihindari pengusaha. Cara curang dalam mengeruk laba, tidak akan menjadi
berkah. Bahkan jika terbongkar, praktek jahat seperti itu bisa menyeret kita
dalam masalah hukum. Entahlah, apa enaknya makan dari hasil tidak halal macam
itu ya?
Kesimpulannya:
Prinsip 3H dalam bisnis adalah menjalankan usaha dengan
menggunakan kepala (otak, pikiran, logika);
tangan (modal, sarana, prasarana, keterampilan, skill) dan hati (perasaan,
cinta, ketulusan, keikhlasan, kejujuran, keimanan). Dimana ketiga hal tersebut
harus dijalankan secara berimbang dan berkesinambungan untuk mencapai tujuan
ekonomis
Akhir kata, semoga info tentang prinsip kerja dan usaha 3H di atas
menambah wawasan kita. Menginspirasi para pengusaha muda pemula maupun pebisnis
berpengalaman dalam menjalankan usaha. Berbisnislah dengan prinsip head, hand
dan heart. Karena menjalani usaha dengan modal uang dan skill saja tidak cukup. Harus dilandasi dengan iman dan nilai moral terpuji. Sebuah falsafah bisnis mulia yang diharapkan tak sekedar menghiasi
kamus kata-kata motivasi saja.