Falsafah Wirausaha: Bisnis itu Ibarat Laut
Falsafah wirausaha: bisnis itu ibarat laut. Mari belajar
dari filosofi laut dalam mengarungi samudera wirausaha. Karena kemegahan
ciptaan Sang Maha Kuasa ini memberikan banyak sumber inspirasi. Dimana gulungan
ombak serta kekayaan alam yang tersimpan di dalamnya bukan saja mampu
menghidupi banyak orang. Lebih dari itu, falsafah yang terkandung bisa kita
petik hikmahnya sebagai tuntunan menjalankan sebuah usaha
Konsep dasar filosofi wirausaha: “Bisnis itu umpama laut. Pengusaha ibarat nelayan. Perusahaan laksana perahu. Produk bagaikan umpan. Sedang konsumen seperti ikannya”
Falsafah persaingan usaha
Pernah dengar istilah red ocean dan blue ocean
strategy bukan? Itu dua contoh istilah strategi marketing atau persaingan
usaha yang terinspirasi dari karakteristik laut. Maknanya secara singkat; persaingan
sehat diibaratkan sebagai blue ocean.
Sedang persaingan tidak sehat diumpamakan sebagai red ocean
Dan saya lebih suka menterjemahkan gambaran dari kata-kata kiasan ini sebagai:
“Jika masih bisa menjala ikan di laut tenang, mengapa harus mengayuh dayung ke samudera nan ganas?”
Makna tersiratnya adalah: Jika masih ada bisnis yang
tingkat persaingannya sehat, mengapa harus nekad berdarah-darah terjun ke
bidang usaha yang tingkat persaingannya sudah tidak masuk akal?
Mungkin Anda akan tersenyum sinis menanggapi , “memang
jaman sekarang masih ada ikan di laut tenang? Semua orang tau, ikan teri saja ngumpulnya
di tengah lautan lepas beombak ganas!”
Saya berani menyanggah, “Jika kita hanya termangu duduk
di satu pantai, pastinya tidak akan bisa menemukan laut teduh yang banyak
ikannya. Tapi coba kita melangkah menyusuri pantai, teluk, tanjung dan
mengamati tiap jengkalnya, pasti ada!”
Maksudnya begini. Di era modern seperti ini, memang
jarang ada jenis usaha yang pesaingnya sedikit. Kalaupun ada, paling untuk
jenis usaha yang kurang diminati, potensi marketsharenya kecil dan kurang
menguntungkan.
Sedang bisnis yang menjanjikan keuntungan besar, pasti
tingkat persaingannya naudzubillah super
keras. Dan dalam taraf ini, praktis hanya pemilik kapal raksasa (pemodal besar)
yang sanggup menaklukkan ganasnya ombak dan membawa pulang berton-ton ikan
besar
Lihat contohnya dalam dunia bisnis. Perusahaan jasa
telekomunikasi di Indonesia. Siapa rajanya? Telkomsel menguasai lebih dari 70%!
Sedang Indosat, XL dan Smartfren harus puas memperebutkan 30 % sisanya. Kenapa?
Karena Telkomsel punya cukup modal membangun jaringan layanannya lebih luas
menjangkau pelosok tanah air. Anda berani menggeser dominasi Telkomsel? Siapkan
modal lebih besar sekarang!
Kesimpulannya: Kita harus realistis dalam menjalankan
usaha. Jika bermodal rakit kecil, pintar-pintarlah mencari laut teduh yang
ikannya lumayan banyak. Hasil tangkapan ditabung untuk membeli perahu tongkang
biar bisa mengarungi laut lebih jauh. Selanjutnya bertahap mengembangkan usaha
biar bisa beli kapal raksasa.
Jika langsung nekad mendayung gethek di tengah samudera Hindia, ya itu namanya ngidam tenggelam.
Jika mau cepat sukses, ya harus kreatif menciptakan teknologi baru yang sanggup
melawan ombak dengan biaya kecil. Mikir...
Falsafah tentang manajemen konflik
Selanjutnya kita belajar mengelola manajemen konflik
dari filosofi kapal, nahkoda dan awak kapalnya. Pengusaha bisa kita ibaratkan
sebagai nahkoda. Kapal kita anggap saja sebagai perusahaan. Sedang awak kapal merupakan
karyawan
Pepatah mengatakan:
“Bisnis itu ibarat kapal. Lobang sekecil jarum di lambung kapal bisa menenggelamkan seluruh isi kapal jika nahkoda tidak memerintahkan awak kapalnya segera menambal kebocoran tersebut sebelum bertambah besar”
Kata pepatah ini hendak memberi warning pada semua
wirausahawan. Sekecil apapun masalah dalam organisasi bisnis mesti diselesaikan
secepat mungkin. Bila dibiarkan berlarut tanpa penanganan serius, bukan tidak
mungkin akan menjadi problem besar.
Resiko menyepelekan persoalan kecil adalah awal dari
goyahnya sistem perusahaan. Dan itu jadi tanggung jawab seorang atasan agar
jeli melihat masalah intern perusahaan. Contohnya:
- Konflik antar kepala divisi
- Konflik antar karyawan dengan atasan
- Konflik antar sesama karyawan
Bisa jadi pemicu perselisihan hanya karena masalah
sepele. Tapi bisa merembet pada konflik antar kelompok pendukung pada
masing-masing pihak yang berseteru. Ibarat api dalam sekam, sewaktu-waktu akan
berubah jadi kebakaran hebat jika tidak dipadamkan
Filosofi air laut tentang keserakahan
Selanjutnya kita belajar falsafah laut yang dihubungkan
dengan ambisi dan keserakahan. Ini kata-kata motivasi yang pas untuk
menggambarkannya
“Keserakahan itu ibarat air laut. Semakin banyak kita minum akan membuat kita merasa semakin haus”
Filosofi minum air laut ini mengajarkan kita agar tidak
terlalu serakah dalam menjalankan usaha. Keserakahan hanya akan membuat kita
makin tidak pernah merasa puas. Sehingga dikhawatirkan menutup mata batin kita
untuk menggunakan cara-cara tidak terpuji demi mendapat keuntungan
Memang benar. Motivasi utama berbisnis itu memang untuk
mencari keuntungan sebesar-besarnya. Tapi itu kan bukan satu-satunya tujuan
yang hendak dicapai. Percayalah, jika sifat atau tabiat serakah sudah merasuk
dalam jiwa, Anda tidak akan pernah mencapai kesuksesan. Sebab, 100 trilliun
uang yang kita punyapun tak akan membuat kita puas. Akhirnya kita hanya
diperbudak oleh uang tanpa pernah merasa menikmatinya
Falsafah bisnis terkait: Filosofi Mobil Angkot
Buat bapak ibu dan saudara semua, maaf jika ada
kata-kata yang tidak berkenan maupun kurang pas. Tiada niat menggurui para sesepuh. Karena saya bukanlah filsuf yang
pandai merangkai untaian kata layaknya pujangga. Walau terlampau jauh dijadikan sebagai pedoman atau rujukan, setidaknya niat saya membagikan
renungan ini baik. Jadi ambil sisi positifnya saja dan buang negatifnya